PDM Kabupaten Sragen - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Sragen
.: Home > Berita > MISI PENCERAHAN : MUHAMMADIYAH SRAGEN BANGUN TRENSAINS

Homepage

MISI PENCERAHAN : MUHAMMADIYAH SRAGEN BANGUN TRENSAINS

Selasa, 20-01-2015
Dibaca: 2079

Membuka Pikiran

Diktum sains yang terkenal menyatakan bahwa sains tidak netral atau bebas nilai. Pada prinsipnya setiap bangunan sains selalu dibangun di atas tigapilar yang berasal dari tata nilaidan worldview yang berkembang ditempat sains dibangun dan dikembangkan. Ketiga pilar tersebut adalah  ontologi, aksiologi dan epistemologi.

Pilar ontologi terkait dengan subyek (realitas) yang diterima dan dapat dikaji. Aksiologi terkait dengan untuk apa suatu ilmu pengetahuan dirumuskan. Sedangkan epistemologi terkait dengan apa dan bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh, sumber pengetahuan.

Sains barat atau sains modern menjadikan materialisme ilmiah sebagai pilar ontologi. Subyek hanya terdiri dari materi, ruang dan waktu. Selain itu tidak ada. Jiwa dan ruh tidak ada. Di sekolah menengah materialisme ini diajarkan dengan ungkapan, “Materi tidak diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan”.

Aksiologi sains Barat hanya berupa kepuasan dari petualangan intelektual sang ilmuwan serta untuk sains itu sendiri. Sains apa saja boleh dibangun sepanjang anggaran tersedia. Tidak perlu ada pertimbangan sosioligis, moralitas atau hal lainnya 

Untuk pilar epistemologi, sains Barat mengagungkan rasionalisme, empirisme, dan obyektifisme. Pengalaman empiris inderawi dirumuskan melalui metoda ilmiah. Fakta-fakta merupakan sumber pengetahuan, dan pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta dan hubungan yang terdapat di antaranya. Inilah inti positivisme. Karena sejak awal sains telah keluar dari diktum-diktum agama maka kitab suci tidak lagi dijadikan sebagai sumber atau basis epistemologi.

Diluar konsep sains barat di atas, sains islam justru memandang bahwa Allah Swt telah memerintahkan hamba-Nya untuk merenungi kejadian-kejadian di alam semesta. Ini berarti ketika seseorang mempalajari biologi, fisika, kimia, geografi dan astronomi, sejatinya orang tersebut sedang memahami pikiran, keagungan , dan kehadiran sang Maha Pencipta, yaitu Allah Subhanauhu wa Ta’ala.

Sayangnya, dalam interal umat islamsendiri usaha-usaha memahami alam semesta ini masih dipandang sebagai kegiatan duniawi yang kering dari nilai-nilai spiritual. Atau hanya sekedar proyek sampingan jika dana mendukung karena tidak dianggap ibadah.

Disadari atau tidak, sekolah-sekolah pada umumnya, tidak terkecuali sekolah berlabel Islam mengajarkan para siswanya meteri seperti biologi dan geografi, tapi tidak sampai kepada kesimpulan bahwa yang sedang dibahas itu adalah keagungan dan kehebatan Allah. Para siswa mempelajari siklus hujan tetapi buntu, tidak sampai kepada pertanyaan siapa yang menurunkan hujan. Atau mempelajari tatasurya, sayangnya tidak sampai kesimpulan bahwa Allahlah yang telah mendesain semua keteraturan di jagat rayaini.Kenapa para guru-guru kita tidak mengaitkan fenomena-fenomena alam  dengan konsep ketuhanan, Tauhid Rububiyyah.

Saat ini kitamerasakan akibatnya. Yang paling terasa adalah para ilmuwan hampir-hampir mudah dibelidan para pemimpin kita rata-rata korup.Mereka berkolaborasi untuk mengekpolitasi sumberdaya alam titipan Allah ini tanpa bertanggung jawab. Belum lagi ketergantungan kita terhadap produk teknologi semakin hari semakin menggila. Sayangnya, semua produk tersebut hampir tidak ada yang keluaran negeri muslim, tak terkecuali negri muslim terbesar indonesia.

Masalah-masalah yang disinggung di atas memunculkan pertanyaan. Apa akar masalah dari semua itu? Masalahnya ada dua: Sains yang dikembangkan saat ini harus dibenahi karena membawa penyakit dan kita sebagai umat islam tidak boleh lagi abai terhadap sains.

Kita semua berimajinasi akan adanya sains kealaman: fisika, kimia, biologi, geologi, farmasi kedokteran dan astronomi maupun terapan teknologinya, yang sejak awal dibangun di atas basis al-Quran. Kita memimpikan bangkitnya kembali peradaban islam yang berbasis sains Qurani. Tanpa sains tidak ada masa depan. Tanpa nilai-nilai Qurani, sains cenderung membabi buta dan membawa petaka. Mimpi melahirkan para saintis yang jujur dan bermoral harus kita wujudkan. Usaha yang besar ini bernama Trensains.  

TRENSAINS: Makna dan Ciri Khas

Trensainsadalah kependekan dari pesantren sains dan merupakan sintesis dari pesantren dan sekolah umum bidang sains. Trensains juga dapat diartiken sebagai gerakan ngetrenkan sains khususnya di kalangan pesantren. Trensains tidak menggabungkan materi pesantren dan ilmu umum sebagaimana ponpes modern. Trensains mengambil kekhususan pada pemahaman al-Quran dan al-hadits, sains kealaman (natural science) dan interaksinya. Poin terakhir, interaksi antara agama dan sains merupakan materi khas trensains dan tidak ada dalam ponpes modern.

Kemampuan bahasa Arab dan bahasa Inggris menjadi kemampuan dasar bagi para santri. Selain menjadi alat komunikasi, di Trensains bahasa Arab juga digunakan sebagai alat analisis awal dalam menalar ayat-ayat al-Quran khususnya ayat-ayat kauniyah.

Trensains juga membimbing para santrinya untuk mempunyai kemampuan nalar matematik dan filsafat yang memadai. Konsep dasar limit, diferensial dan integral perlu diperkenalkan sebagai alat analisis dan memahami konsep fisika. Nalar dan spirit filosofis diperlukan untuk berfikir runut, tuntas dan mendasar. Sejarah filsafat Yunani awal memperlihatkan spirit pemikiran paling awal tentang alam dan realitas. Sejarah aliran pemikiran perlu diperkenalkan untuk memahami adanya aneka cara pandang atas alam yang pada akhirnya para santri mampu memilah konsep sains yang bertabrakan dengan Islam dan yang tidak. Filsafat menjadi niscaya ketika dialektika agama dan sains diperkenalkan. Kita tahu, selama ini filsafat dihindari di pesantren sehingga masuknya filsafat di dalam trensains bisa menjadi penanda babak baru pesantren.

Jika umunya pesantren mengharapkan alumninya menjadi ulama syariah (hukum Islam), maka proyeksi alumni Trensains adalah lahirnya ulama-ulama yang memiliki spesialisasi dibidang sains kealaman, teknolog, dan dokter yang mempunyai basis al-Quran, kedalaman filosofis serta keluhuran akhlak.  

 

Materi ajar

Sains yang dibahas di Trensainsadalah sains yang menjadi pondasi teknologi yakni sains kealaman, natural science, bukan sains humaniora. Sains kealaman adalah sains dengan alam sebagai obyek kajiannya yang secara formal terbagi dalam bidang-bidang sains astronomi, biologi, fisika, kimia, geologi, farmasi dan kedokteran maupun terapan teknologinya.

Langkah sederhanadan praktis untuk mendapatkan gambaran atau pandangan tentang sains kealaman dari al-Quran adalah mengidentifikasi semua ayat yang menyinggung bagian-bagian alam dengansemuafenomenanya. Sebagai contoh, ayat kauniyah jika memuat kata air, awan, besi, bintang, burung, cahaya, darah, emas, jahe, kapal, kilat, langit dan zarrah. Perhitungan langsung menghasilkan 1108 ayat dimaksud dan masih bersifat umum. Pemilahan dengan batasan makna atau pesan lebih spesifik menyisakan 800 ayat.

Secara faktual al-Quran diungkapkan dengan bahasa Arab, bahkan dengan sadar dan jelas al-Quran menyatakan bahwa dirinya diturunkan dalam bahasa Arab(QS. ). Urgensi bahasa Arab pernah disinggung Rasulullah saw dengan berpesan agar belajar dan mengajarkannya,terlepas dari perdebatan ulama mengenai kesohihan hadisnya. Demikian pula Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra. berkata“Bersemangatlah mempelajari bahasa Arab karena ia adalah bagian dari agamamu”.

Salah seorang ulama terkemukaIbnu Taimiyah pernah berfatwa: “Sesungguhnya bahasa Arab itu sendiri bagian dari agama dan hukum mempelajarinya adalah wajib, karena memahami Al-Kitab dan As-Sunnah itu wajib dan keduanya tidaklah bisa difahami kecuali dengan memahami bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan kaidah:Apa yang tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya maka ia juga.”

Bahasa Arab di Trensains diperlukan bukan sekedar untuk berkomunikasi tetapi untuk penelaahan lebih serius atas teks-teks al-Quran, yang tanpanya pemahaman al-Quran dengan terjemah menyebabkan banyak kehilangan informasi.

Dengan demikian, materi ajar yang diberikan untuk para santri Trensains meliputi tiga hal: natural science, al-Quran beserta seluk beluknya dan bahasa arab. Ketiga materi tersebut jika diturunkan menjadi materi mayor atau pokok, adapun materi lainnya bersifat sebagai penunjang.

 

VISI“Lahirnya generasi yang memegang teguh al-Qur'an dan as-Sunnah, mencintai dan   mengembangkan sains, serta memiliki kedalaman filosofis dan keluhuran akhlak”

MISI:

1.        Menyelenggarakan proses pendidikan yang menanamkan pemahaman dan kecintaan pada al-Qur'an dan as-Sunnah.

2.        Menyedikan lingkungan bagi berkembangnya sikap ilmiah, berfikir logis filosofis dan tanggap serta menyelami alam baik materi maupun imateri dengan berbagai fenomenanya.

3.        Mengantar santri untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam bidang kealaman.

 

TUJUAN:

1.      Menghasilkan lulusan santri yang siap menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam bidang sains kealaman

2.      Menghasilkan lulusan santri yangmenguasi di bidang: sains kealaman, al-Quran  dan bahasaarab

3.      Menghasilkan kader ulama dengan spesialisasi ”ulama ayat-ayat semesta”

4.      Menjadi lembaga rujukan dalam penerapan “Sains Islam”dalam dunia pendidikan

5.       Manjadi lembaga pusat kajian dan penelitian sains islam dan peradaban islam 

 

Profil Lulusan 

Secara sadar dan terarah SMA Trensains mencanangkan para santrinya untuk memenuhi kwalifikasi lulusan sebagai berikut:

1.         Lancar berbicara dan membaca Arabic

2.         Lancar berbicara English

3.         Piawai sains:matematika, fisika,  biologi, dan kimia

4.         Memahami konsep Interaksi antara Agama dan Sains

5.         Hafal dan memahami ayat-ayat kauniyah, terutama yang terkait dengan isu-isu pokok sains

6.         Lulusan Trensains didorong dan diupayakantembus PT ternama dalam negeri, seperti, ITB, IPB, UGM, UI, ITS, UMM, UMS dan UAD

 

Kurikulum Trensains

Berpijak dari visi, misi dan tujuan Trensains, maka kurikulum Trensains adalah Kurikulum Unifikasi. Kurikulum Unifikasi memiliki pengertian dan karakteristik sebagai berikut:

1.      Kata Unifikasi atau Unifikatif memiliki makna penyatuan atau penggabungan. Kata lain yang sepaham dengan Unifikasi adalah Integrasi. Kata Unifikasi atau Integrasi dianggap mewakili ide besar Trensains yang hendak menggabungkan antaraSainsdan Islam, dengan kata lain Sains yang berbasis al-Quran.

2.      Secara tekhnis, Kurikulum Unifikasi adalah kurikulum adaptif yang mengkolaborasikan kurikulum pendidikan nasional dan kurikulum pesantren sains

3.      Secara filosofis dan isi, kurikulum pesantren sains merupakan kolaborasi antara materi al-Quran, materi sains, dan materi bahasa.

4.      Dalam penerapannya, ketiga materi tersebut (materi al-Quran, sains, danbahasa) terintegrasi dalam aktifitas pesantren selama 24 jam.

 

dI POSTING OLEH : IRMAWAN SURAT ( SEKRETARIS PDM SRAGEN)


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website